Berapa banyak tantangan bekerja di Harita Nickel tidak membuat kami pantang menyerah dalam melakukan pengelolaan lingkungan tegas Risky, salah satu anak muda milenial asal Pulau Obi. Karena pada pengelolaan lingkungan menjadi komitmen terbesar Harita Nickel.
Memiliki karakter, kemampuan berinovasi, kreativitas tinggi, mandiri, dan mampu bertahan untuk lebih unggul dalam menghadapi persaingan dunia. Itulah gambaran mengenai pemuda Indonesia maju. Lebih dari itu, pemuda Indonesia maju adalah mereka yang dapat membawa dampak positif untuk elemen bangsa di segala sektor.
Terkait pemuda Indonesia, Harita Nickel sebagai perusahaan hilirisasi dan tambang nikel di Pulau Obi, Halmahera Selatan, Maluku Utara, selalu mengutamakan tenaga kerja dari lokal atau wilayah setempat untuk memenuhi kebutuhan perusahaan.
Dua orang anak muda usia milenial yang ikut berperan aktif dalam kegiatan di perusahaan antara lain Yufita Tuhuteru (27) dan Risky Apriyanto Gailea (26).
Keduanya merupakan anak milenial asal wilayah lokal yang bergabung di Harita Nickel. Selama bergabung di Harita Nickel, keduanya mengaku sangat bersyukur.
"Bekerja di Harita Nickel sangat menyenangkan karena dekat rumah atau kampung halaman," jelas Yufita asal Desa Soligi, Kabupaten Halmahera Selatan. Desa Soligi dapat ditempuh dengan kapal cepat selama sekitar 45 menit dari wilayah tambang Harita Nickel di Desa Kawasi.
Awal bergabung di salah satu perusahaan yang menjadi bagian Harita Nickel, Halmahera Persada Lygend (HPL), wanita lulusan Universitas Muslim Indonesia Fakultas Teknik Kimia (S1) dan lulusan teknik Metalurgi Universitas Gadjah Mada (S2) itu ditempatkan di bagian produksi sesuai latar belakang pendidikannya.
Kini ia mendapatkan tugas lain sebagai tenaga pengawas, yaitu pengawasan untuk sisa hasil pengolahan nikel dari proses pengolahan dan pemurnian nikel limonit teknologi High Pressure Acid Leach (HPAL) berupa dry tail, Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL), dan mengawasi konstruksi pembangunan tanggul serta pintu air.
"Meski kini bekerja atau fokus di area lain, hal ini justru menjadi motivasi penting bagi perkembangan karier saya kedepannya," aku Yufita.
Selain Yufita, pemuda milenial lain yang aktif bekerja di Site Obi adalah Risky Apriyanto Gailea. Ia bergabung sejak 9 bulan lalu dan menduduki posisi penting dalam pemantauan lingkungan laut, yaitu sebagai Penanggung jawab Monitoring, Sampling dan Penanganan Lingkungan di Halmahera Jaya Feronikel, salah satu smelter feronikel milik Harita Nickel.
Menurut pria lulusan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Khairun Ternate, ini, memilih bekerja di Harita Nickel bukan hanya untuk membantu memulihkan perekonomian keluarga akibat pandemi Covid-19. Lebih dari itu, menjadi karyawan Harita Nickel adalah hal menyenangkan karena dapat ikut menjaga lingkungan tempatnya tinggal, termasuk tetap terus melakukan hobinya menyelam.
"Saya bisa banyak belajar terkait lingkungan. Ini sesuai bidang pendidikan saya. Di sini saya belajar juga tentang lingkungan pesisir," katanya.
Menyoal tantangan, bukan hanya bicara tentang pihak mana yang harus menghadapinya. Pelaku bisnis bahkan karyawan juga harus siap menghadapi setiap tantangan.
Begitu pula dengan Risky. Memiliki sertifikasi Divemaster (PADI) dan kini menjadi tenaga profesional yang bertanggung jawab terhadap lingkungan dan pengelolaan limbah bukan hal mudah. Sejak bergabung di Harita Nickel, Risky mengaku mendapat banyak pengetahuan baru berkat pelatihan dan pembinaan perusahaan. Apalagi keterampilannya dalam menyelam pun tetap bisa tersalurkan.
Lebih lanjut, pria kelahiran 1996 itu menceritakan, ketika melamar di Harita Nickel, kemampuannya masih belum mumpuni. Namun sejak awal dia yakin, jika bergabung dengan Harita Nickel, dia dapat berkembang karena sejalan dengan misi tempatnya bekerja yang tetap menjaga kelestarian alam di tengah pesatnya industri hilirisasi dan tambang nikel di Pulau Obi, Maluku Utara, khususnya di kabupaten Halmahera Selatan.
"Saya ambil contoh diri sendiri. Awal bergabung di Harita Nickel, saya belum punya skill yang mumpuni. Selama tiga bulan pertama saya diberikan bimbingan, pelatihan, sertifikasi. Kini saya dapat menjadi salah satu garda depan perusahaan terkait pemantauan lingkungan laut obi," kata Risky saat berbincang dengan tim Liputan6, Jumat (14/10).
Bagi Risky, adaptasinya dengan beberapa pelatihan dan pembinaan dari perusahaan menjadi tantangan tersendiri yang harus dilakoninya. Menurut pria kelahiran Falabisahaya ini, pengelolaan lingkungan menjadi komitmen utama perusahaan.
"Pengelolaan lingkungan menjadi komitmen terbesar perusahaan. Kami tidak pantang menyerah dalam melakukan pengelolaan lingkungan, terlebih banyak tuduhan tak berdasar di luar sana,” tegasnya.
Ya, menyoal lingkungan yang berkelanjutan, Harita Nickel menurut Risky menerapkan prinsip operasional yang baik dan bertanggung jawab. Pengelolaan dan pemantauan lingkungan mengikuti regulasi yang ditetapkan. Prinsip kehati-hatian juga menjadi pertimbangan perusahaan.
“Sebagai orang yang sehari-hari melihat kondisi di lapangan, dapat saya pastikan tidak benar tuduhan pencemaran lingkungan di Pulau Obi. Kondisi perairan Obi baik-baik saja, memenuhi baku mutu pemerintah,” tegas Risky. Menurut Risky, kondisi ini juga didukung oleh data-data valid dari hasil pemantauan rutin perusahaan.
Tenaga Kerja Lokal asal Pulau Obi yang Bekerja di Harita Nickel
Selama 13 tahun membangun dan mengoperasikan pabrik pengolahan dan tambang nikel di Pulau Obi, Halmahera Selatan, Harita Nickel memprioritaskan tenaga kerja dari wilayah setempat di Maluku Utara, khususnya Pulau Obi.
"Saat ini ada lebih dari 11 ribu karyawan dan 65%-nya berasal dari wilayah Maluku Utara. Ini belum termasuk kontraktor sebanyak 6.500-an orang," kata Stevi Thomas, selaku Head of External Relations Harita Nickel. Stevi menambahkan, seluruh tenaga kerja ini terlibat dalam proses penambangan dan tiga fasilitas pengolahan nikel yang dimiliki perusahaan.
Melihat jumlah serapan tenaga kerja tersebut, Yufita mengatakan bahwa peluang kerja di Maluku Utara sangat terbuka luas bagi kaum muda, khususnya yang berasal dari Maluku Utara.
"Saya sering bilang ke teman-teman di Maluku Utara, kita adalah anak daerah tapi harus punya mindset dan cermat melihat peluang. Kita punya peluang kerja cukup besar di Maluku Utara, di Pulau Obi. Saya ingin mendorong anak-anak Maluku Utara menjadi garda terdepan untuk bekerja di Harita," kata Yufita.
Meski demikian, wanita yang hobi membaca jurnal kala senggang itu juga mengaku bahwa pemuda di Maluku Utara masih minim skill atau keterampilan.
"Anak daerah Pulau Obi sangat minim dalam pendidikan, apalagi skill dalam teknik kimia, teknik sipil, atau teknik metalurgi. Saya pernah sampaikan ke perkumpulan anak-anak daerah dan manajemen perusahaan agar memberikan wadah bagi anak-anak Maluku Utara yang non-skill. Agar dibuat yang non-skill jadi punya skill melalui pelatihan," kata Yufita.
"Anak muda harus produktif, inovatif, dan mampu bersaing dalam ranah positif di setiap pekerjaan kita," jelasnya.
Senada dengan Yufita, Risky pun menyampaikan hal sama. Pria yang pernah menyelam hingga kedalaman 20 meter di perairan Obi ini merasa bersyukur karena Harita Nickel memprioritaskan masyarakat lokal asli Maluku Utara.
"Harita Nickel punya beberapa unit bisnis. Tenaga kerjanya banyak dari ring satu atau tinggal di sekitar wilayah Site Obi. Saya sangat berterima kasih karena perusahaan memprioritaskan tenaga kerja lokal untuk bekerja di sini," ucap Risky yang kerap menjumpai aneka jenis ikan hiu dan penyu saat bertugas memantau perairan Obi di sekitar wilayah perusahaan.
Pelibatan tenaga kerja lokal oleh Harita Nickel juga mendapat apresiasi dari Kadisnaker Provinsi Maluku Utara, Nurlaila Nuhammad.
"Harita Nickel selalu melibatkan tenaga lokal di daerah lingkar tambang sekitar Kabupaten Halmahera Selatan hingga Maluku Utara. Mereka melakukan beberapa tahapan, survei, rekrutmen, pendataan dan bagaimana itu betul-betul putra daerah sendiri," kata Nurlaila.
Sumber berita/Link: Liputan 6